Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 yang diselenggarakan di Universitas Airlangga menjadi ajang penuh tantangan bagi Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Meskipun tahun ini Tim PKM UPI belum berhasil membawa pulang medali, pengalaman berharga selama kompetisi membentuk sebuah pelajaran berharga yang tak ternilai.
Salah satu tim dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), yang dibina oleh dosen Bimbingan dan Konseling Ibu Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd., mengusung penelitian bertajuk “Fenomena Glorifying Mental Illness, Bukan Tren Tapi Masalah: Analisis Perilaku Meromantisasi Gangguan Mental Remaja Serta Implikasinya Pada Kesehatan Mental.” Karya ini menggugah kesadaran akan bahaya perilaku romantisasi gangguan mental di kalangan remaja, dan walaupun tidak mendapat medali, makna yang dibawa oleh penelitian ini tetap menggema dalam upaya mendorong kesadaran masyarakat, terutama remaja, akan pentingnya kesehatan mental.
Kegagalan ini justru mengandung banyak pembelajaran yang akan menjadi bekal berharga bagi tim di kesempatan mendatang. Ajang ini memberikan pelajaran untuk terus memperbaiki diri, memahami bagaimana kompetisi ini dijalankan, dan menyiapkan diri dengan strategi yang lebih matang. Semangat dan dukungan penuh selama proses kompetisi tetap memberikan dorongan kuat bagi para mahasiswa untuk terus berkembang dan siap bersaing di tahun-tahun berikutnya.
Kegagalan tahun ini juga menjadi momen refleksi bagi UPI. Beberapa universitas besar seperti Universitas Hasanuddin yang keluar sebagai juara umum, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember telah mempersiapkan tim mereka dengan strategi jangka panjang, investasi dana yang besar, serta dukungan intensif dari dosen dan fasilitator. Ini menjadi inspirasi bagi UPI untuk meninjau kembali pola pembinaan mahasiswa menuju kompetisi ilmiah nasional seperti PIMNAS.
UPI berkomitmen untuk memperkuat dukungan dan pembinaan kepada mahasiswa yang berpartisipasi dalam ajang PKM dan PIMNAS di masa depan. Program pembinaan intensif, pembentukan tim mentor, dan pelatihan khusus akan menjadi bagian dari strategi yang dipersiapkan agar mampu bersaing lebih kompetitif.
Meskipun tak pulang dengan medali, Tim PKM UPI tetap membawa pulang pengalaman berharga yang tak ternilai. Lebih dari sekadar penghargaan, mereka membawa pulang tekad untuk terus belajar, berinovasi, dan membangun fondasi yang lebih kokoh bagi penelitian-penelitian masa depan. Kegagalan ini bukanlah akhir, melainkan sebuah awal yang membuka jalan untuk perjalanan ilmiah yang lebih baik bagi UPI di masa depan.