Setelah Audiensi ABKIN dengan Komisi X DPR (8/11) kemarin, Dede Yusuf, selaku bagian dari Komisi X DPR, mengajak ABKIN dan MGBK Nasional untuk “nobar” film Budi Pekerti (21/11), di fX Sudirman, Jakarta.
Nobar film Budi Pekerti dihadiri oleh dosen, guru, dan mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang berasalkan dari UPI, UNY, UNJ, universitas dan sekolah-sekolah di Jakarta. Selain dari dosen, guru dan mahasiswa yang menghadiri acara ini, bintang film Budi Pekerti, Dwi Sasono, yang berperan sebagai Pak Didit, dan Wregas Bhanuteja, sebagai sutradara film ini turut hadir untuk memberikan pengantar sebelum nobar film Budi Pekerti.
“Film ini didasarkan atas bagaimana mudahnya seseorang viral di media sosial dan mudahnya sekali di-judge padahal hanya dari video 15-20 detik. Selain itu banyak juga video dari para guru yang lagi viral karena memberi hukuman pada siswanya, tanpa tahu konteks hukuman yang diberikannya, sehingga netizen mudah menghakimi guru tersebut,” ucap Wregas Bhanuteja, dalam pengatar film Budi Pekerti ini.
“Menurut saya ini bukan hanya sekedar film, tapi ini cahaya yang bisa merubah hidup orang. Saat keluhuran budi atau budi pekerti sudah mulai dilupakan, negeri kita yang subur ini akan semakin jauh dari kemakmuran. Selamat menonton film Budi Pekerti,” ucap Dwi Sasono, sebagai pemeran Pak Didit dalam memberikan sambutan kepada para penonton.
Film ini memang membahas mengenai bagaimana mudahnya seseorang viral di media sosial dengan berbagai reaksi netizen yang dapat mengubah keadaan hidup seseorang dengan drastis. Terutama, dalam film ini menggambarkan bagaimana seorang guru BK yang harus selalu dituntut menjadi contoh teladan, dituntut menjadi seseorang yang sempurna, dan dituntut memiliki budi pekerti yang tinggi, mengalami perubahan kehidupannya hanya karena video 20 detik, dengan berbagai tanggapan netizen.
Nobar ini ditutup dengan Dede Yusuf memberikan komentar dan bertukar pendapat bersama Prof. Dr. Farozin, M.Pd selaku ketua umum ABKIN mengenai tanggapan film Budi Pekerti dengan keadaan Bimbingan dan Konseling yang ada di Indonesia. “Film ini menggambarkan bahwa seharusnya memang guru BK memiliki karakter seperti pada film tersebut. Di mana guru BK itu disiplin, taat aturan, berani menegur, dan berpegang teguh pada prinsip yang dimilikinya,” sebagaimana tanggapan Bapak Farozin.
“Banyak yang bisa kita ambil dari film ini, bagaimana kita harus disiplin, taat aturan, berani menegur, dan berpegang teguh pada prinsip yang kita miliki. Juga film ini menggambarkan realita guru BK pada saat ini.”
Diharapkan, dengan adanya kegiatan nobar fim “Budi Pekerti”, semakin banyak guru BK yang lebih memahami sikap yang sebaiknya ditunjukkan ketika banyak orang menganggap salah padahal tidak mengetahui konteks sebenarnya.
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Muhammad Ridho Albari, S.Pd.
Kontak. 082123302343
Email : [email protected]